Membaca Lagi Sirah

Dec 9, 2009

Seringkali, ketika membaca sirah, ada bagian yang terlepas dari perhatian kita. Contohnya tentang masalah-masalah keuangan. Padahal Rasulullah, yang kita baca dalam sirah sudah bekerja pada umur 8 tahun, beliau sudah mulai mempunyai income sejak umur 8 tahun. Waktu umur 12 tahun, Rasulullah sudah ikut dalam bisnis keluarga, karena itu beliau pergi ke syam dan dalam perjalanan ke Syam itulah, beliau bertemu dengan pendeta Bakhira.

Saya hanya ingin mengingatkan dan merekonstruksi ingatan anda, bahwa tidak ada yang baru dari fakta ini. Hanya mencoba merekonstruksi ulang. Di dalam sirah disebutkan bahwa sebelum menjadi Nabi, beliau pernah ke Syam sebanyak empat kali, jadi beliau sudah melakukan perjalanan Internasional. Di saat umurnya antara 15-19 tahun, beliau sudah terlibat dalam perang Hijjaj, artinya pada masa puber beliau sudah punya pengalaman militer. Meskipun pada waktu itu beliau ada di bagian logistik untuk membawa alat-alat tempur, berupa panah-panah untuk pamannya yang sedang bertempur.

Waktu beliau umur 20 tahun, sudah menjadi pengusaha dan partner kerjanya adalah Khadijah.Lima tahun kemudian Rasulullah sukses besar dengan bisnisnya dan karena itu partnernya melamar beliau. Khadijah sudah menikah dua kali dan suaminya terdahulu, kedua-duanya meninggal.

Sebenarnya Khadijah telah dilamar oleh banyak orang, tetapi beliau hanya tertarik pada Muhammad. Khadijah itu merupakan gabungan dari semua mimpi; kekayaan, kecantikan, kebangsawanan serta kebaikan hati. Waktu beliau dinikahi umurnya 28 tahun. Sudah punya anak 3 sebelumnya.

Waktu menikahi Khadijah mahar yang diberikan Rasulullah itu sekitar 100 unta. Saya tanya-tanya harga seekor unta itu sekitar 500 sampai 1000 dollar. Berarti mahar Rasulullah senilai 500 juta sampai 1 milyar Rupiah.

Jadi, sekarang coba anda bayangkan, ada seorang pemuda berumur 25 tahun punya uang 500 juta sampai 1 Milyar untuk membayar Mahar. Kalau maharnya saja segitu, berarti uang pestanya belum. Ini artinya uangnya banyak, Maka, dalam khutbah nikahnya dengan bangga paman beliau Abu Thalib mengatakan,"sesungguhnya seluruh Quraisy tahu bahwa Muhammad itu adalah pemuda Quraisy yang paling terhormat."

Waktu kita menikah, maharnya berapa? Untungnya akhwat kita tidak banyak yang tahu riwayat ini. Dulu ada ikhwah nikah kasih uang mahar. Bilangnya,"Ini uang 400 ribu, silahkan bikin pesta sebesar-besarnya, kalau ada sisanya silakan diambil."

Jadi, 15 tahun kemudian, ketika Rasulullah menjadi Nabi waktu umurnya 40 tahun, beliau sudah melewati masa-masa dunia itu. Jadi kalau anda melihat kemiskinan Rasulullah setelah beliau menjadi Nabi, khususnya di Madinah, itu adalah kemiskinan atas pilihan, bukan kemiskinan karena 'nasib'. Itulah bedanya miskin kita dengan miskinnyabeliau. Miskinnya kita itu adalah 'nasib'. Miskinnya beliau itu karena pilihan hidup.

Beliau mengatakan kalau saya punya emas sebesar gunung Uhud, saya tidak mau melewatkan hari ini sebelum emas ini habis dibagi-bagikan. Rasulullah sudah melewati masa itu. Oleh sebab itu Imam Ghazali mengatakan yang namanya zuhud itu adalah orang yang sudah memiliki dunia, kemudian meninggalkannya dengan sengaja. Sedang namanya miskin itu adalah orang yang ditinggal dunia.

Kalau Rasulullah zuhud pada waktu itu, bukan karena dia tidak mampu jadi kaya, karena masalah itu sudah lewat dan karena ada pekerjaanyang jauh lebih besar daripada sekedar uang sekecil itu. Jadi kita sekarang perlu menunjukkan kemampuan dulu, makanya sebelum Rasulullah diangkat menjadi Rasul, beliau sudah kaya dulu.

Rasulullah dikemudian hari bersabda, "Tidak ada nabi yang diutus sesudah Nabi Syu'aib, melainkan dia pasti berasal dari keluarga kaya dari kaumnya." Jadi kenapa kalau anda baca penolakan terhadap nabi-nabi sebeluam Syu'aib? Sebagian besar penolakan itu karena miskinnya nabi-nabi sebelumnya itu.

bersambung...

0 komentar:

Post a Comment

Personality

More »
 
 
 

Materi Lain

More »

Islam dan Barat

More »
 
Copyright © QUANTUM QUR'AN